Senin, 21 April 2008

demi sebuah rasa aman, saya potong rambut.

ada banyak hal yang mendorong manusia untuk berpikir, berucap, dan bertindak.
hari minggu kemarin, saya pergi ke tukang cukur.
kenapa? karena saya tidak bisa memotong rambut saya sendiri dengan begitu baik.

demi sebuah rasa aman, saya potong rambut.
jika saya harus membuat list berisi hal2 yang sangat saya hindari untuk dilakukan, selain operasi kelamin, saya akan mencantumkan pergi ke tukang cukur sebagai salah satu high priorities saya.
alasan nya? sebagus apapun di mata tukang cukur, rambut "baru" sehabis dicukur selalu mambuat saya me-regret. "what the heck have i done?" begitu kira2 teriak hati saya setiap saya potong rambut.

lalu., jika potong rambut membuat batin saya menderita, kenapa saya melakukannya? alasannya adalah rasa aman.
alkisah, hari kamis kemarin, saya yang baru masuk semester 6 ini, mendapat mata kuliah baru bernama "etika profesi". etika profesi apa? haha, sebaiknya anda tidak usah tahu.

yang jelas, bu dosen pada pertemuan pertama itu, membuat saya merasa sangat tidak nyaman. berkali2 beliau menyinggung masalah pentingnya berpenampilan rapi di dalam profesi saya nanti.
damn.
ya biasa lah, namanya juga kuliah etika, beliau selama 2,5 jam cas cis cus ngomongin moral, etika, dan (ehm) nurani. membuat saya berpikir, is there any right way to think? beruntunglah saya hanya Tuhan yang tahu apa2 yang saya pikirkan, karena kalau dosen etika profesi saya yang tahu, huhu, bisa tidak lulus saya nanti.

dan demikianlah, demi seonggok rasa aman, saya melakukan "appearance suicide". tapi, tunggu dulu. bukanlah penampilan saya yang dulu juga memberi rasa aman yang lain? rasa aman dalam berpenampilan. jadi sepertinya apa yang saya lakukan hanya menukar satu rasa aman ke rasa aman yang lain. saya menukar rasa aman berpenampilan dengan rasa aman mengikuti perkuliahan "etika profesi".
yah, sepertinya begitu.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda