Selasa, 21 Oktober 2008

" Sebuah Evaluasi Bagi Para Pengemban Dakwah"

Yaa Allah! sebuah kerinduan terhadap sebuah ketentraman jiwa, pelipur dahaga keimanan seorang hamba yang lemah. Walau diri jauh dari kesempurnaan para nabi, rasul dan sahabat. Namun cita-cita ini terlalu besar dan masiv untuk bisa dihalau, walau teringat diri tak sempurna tapi motivasi dan kecintaan ini terlalu besar untuk diabaikan.

Yaa Allah! Masih saja diri ini lalai karena sering melakukan dosa-dosa kecil yang tak terasa hingga menghambat turunnya pertolongan-Mu, Nasrullah itu. Masih saja rencana-rencana itu hanya sekedar wacana dengan minim realita, hingga dakwah ini berjalan tidak sesuai fakta dan kondisi.

Yaa Allah! Terkadang masih saja halangan-halangan kecil yang sering berulang, membuat kita merasa lelah, bosan dan sering memberikan waktu sisa bagi dakwah ini. Bukankah kita sangat-sangat faham dengan janji-janji-Nya, atas kebahagian abadi, kedudukan yang tinggi dan sejuta balasan yang akan diberi kepada para pengemban dakwah. Namun tetap saja kita masih kalah dengan rasa malas, ketidak ikhlasan dan keputusasaan.

Yaa Allah! Apakah tak cukup realita menampar hati dan nurani para pengemban dakwah?Apakah tak cukup derita saudara-saudara muslim di Palestina, Irak, Afganistan, Moro, Kashmir membuat kita gerah untuk tidak diam saja?Apakah pelecehan yang dilakukan oleh kaum kuffar terhadap Islam masih kurang cukup untuk membuatmu bersemangat dalam dakwah mu, saudaraku?Apakah halqoh-halqoh yang kita lakukan sudah dapat membawa perubahan di kehidupan keseharian kita, karena inti halqoh bukanlah hanya sekedar mentransfer ilmu saja. Tapi sebuah nilai bermakna yang diimplementasikan dalam segala aktivitas kita?Bukankah kita sudah sangat faham bahwa setiap ucapan pengemban dakwah merupakan deklarasi sikap dan perbuatan?

Yaa Allah! Ampuni segala dosa-dosa kami, baik yang kami sadari ataupun tidak. Istiqomahkan kami selalu untuk terus berada dalam barisan terdepan dalam memperjuangkan yang Haq. Ikatkanlah hati-hati kami selalu dalam jamaah ini. Hilangkanlah segala prasangka di antara kami. Mudahkanlah segala urusan kami, mudahkanlah rezeki para pengemban dakwah ini, Yaa Rabb. Hilangkanlah segala kesulitan-kesulitan hidup kami. Jadikanlah kerinduan kami terhadap syariat-Mu menjadi motivasi utama untuk selalu menjadikan dakwah sebagai poros hidup kami. Jadikanlah kami manusia-manusia yang cerdas yang dapat menyampaikan kebaikan dan kebenaran dari lisan-lisan kami. Jadikan nama-nama kami tercantum dalam sejarah peradaban ini, sebagai para pejuang syahid yang menjadi hujjah atas kemenangan kaum muslimin. Gentarkanlah hati musuh-musuh agama-Mu ,Yaa Rabb. Hilangkanlah ketakutan dalam hati-hati kami terhadap musuh-musuh agama-Mu. Jadikan kami Al-Fatih-Al-Fatih baru yang dengan gagah menaklukan musuh-musuh agama-Mu..Amin...Amin Yaa Rabbil A’lamin.

                 

Label:

Senin, 20 Oktober 2008

Krisis Ekonomi AS, Pertanda Tamatnya Sistem Kapitalis ?



Sabtu, 27 Sep 2008 00:21 Krisis keuangan yang dialami AS merupakan krisis terburuk dalam kurun waktu bepuluh-puluh tahun sejarah perekonomian kapitalis yang dianut Negeri Paman Sam itu. Ambruknya perekonomian AS, inikah pertanda akan berakhirnya sistem kapitalis dan mampukah AS menyelamatkan ekonomi negaranya?

Krisis keuangan yang menimpa negara AS mengguncang perekonomian global. Perusahaan-perusahaan besar banyak yang ambruk, bank-bank internasional dan pemerintahan di berbagai negara mengucurkan dana dalam jumlah besar ke pasar uang untuk meredakan guncangan krisis. Sementara ribuan orang kini terancam jadi pengangguran karena banyak perusahaan besar terancam tutup.

Apa yang menimpa AS dan imbasnya ikut dirasakan seluruh dunia, menunjukkan rapuhnya sistem ekonomi kapitalis yang dianut negara adidaya itu dan mayoritas negara-negara di dunia. Presiden AS George W. Bush dalam pidatonyaa bahkan mengakui negaranya sedang terancam resesi dan harus segera dilakukan tindakan penyelamatan dengan mengucurkan dana segar ke pasar uang.

Krisis keuangan yang dialami AS merupakan krisis terburuk dalam kurun waktu bepuluh-puluh tahun sejarah perekonomian kapitalis yang dianut Negeri Paman Sam itu. Ambruknya perekonomian AS, inikah pertanda akan berakhirnya sistem kapitalis dan mampukah AS menyelamatkan ekonomi negaranya? Sejumlah pakar dan analis ekonomi menyampaikan pernyataannya.

Ekonom dan profesor di University of Texas, James Galbraith meyakini perekonomian AS akan mampu bertahan menghadapi hantaman krisis ini karena posisi mata uang dollar masih cukup kuat. Galbraith mengungkapkan keyakinannya bahwa sistem perekonomian kapitalis akan tetap eksis. Meski demikian, ia menyesalkan para pejabat dan pelaku usaha di AS yang tidak mau belajar dari pengalaman serupa.

“Kita harus melihat dan menunggu. Tapi mereka tidak mau belajar dari kesalahan, sudah berapa kali hal seperti ini terjadi?” ujar Galbraith.

Menurut Galbraith, pemerintahan Bush lah yang telah merusak sistem ekonomi kapitalis yang dianut AS. Perilaku bank-bank di AS yang kurang berhati-hati, adalah akibat kebijakan-kebijakan Bush yang terlalu memberikan keleluasaan penuh bagi bank-bank untuk melakukan apapun tanpa pengawasan ketat pemerintah. ” Ini adalah akibat fungsi sistem keuangan yang tidak dijalankan sesuai aturannya.” tukas Galbraith.

Ia mengatakan, krisis ini adalah tantangan bagi pemerintahan baru AS nanti. “Pemerintahan baru harus membuat filosofi yang berbeda dan serius berkomitmen untuk membawa perubahan baru bagi rakyatnya,” kata Galbraith.

Gerald Friedman, ekonom, profesor di University of Massachussets ragu mengatakan bahwa krisis ekonomi AS adalah tanda-tanda berakhirnya sistem ekonomi kapitalis. Meski demikian ia mengakui AS telah mengalami krisis finansial yang sangat serius dan jika salah menanganinya akan menyebabkan resesi yang cukup serius bahkan depresi. ” Walau mungkin tidak seburuk depresi yang terjadi di era tahun 1929-1940-an, karena otoritas berwenang di AS mau bersikap kooperatif dengan krisis ini,” ujar Friedman.

“Dan yang lebih penting lagi, sebuah sistem kapitalis atau sistem sosial apapun hanya bisa dihancurkan oleh sistem yang berlawanan yang didukung oleh munculnya kelas-kelas dalam perekonomian,” sambung Friedman.

Namun ia mengingatkan, krisis ini akan bertambah buruk jika pemerintah tidak mengubah arah kebijakan. Dalam hal ini, pemerintah harus berusaha menyelamatkan perusahaan-perusahaan besar untuk membantu rakyatnya, paling tidak untuk mengindari ledakan pengangguran.

Yang paling yakin bahwa krisis di AS bukan pertanda akan berakhirnya sistem ekonomi kapitalis adalah Mark Weisbrot, salah satu direktur Center for Economic and Policy Research (CEPR). Alasannya, Bank Federal AS masih mampu menyediakan likuiditas sehingga krisis perlahan-lahan akan berakhir.

Yang menjadi masalah, kata Weisbrot, adalah situasi ekonomi riil misalnya kondisi pasar uang yang mengalami gangguan akibat persoalan menggelembungnya pembiayaan untuk perumahan dan situasi akan terus berlanjut bahkan jika krisis yang dihadapi perbankan bisa diatasi. Sehingga masih akan terjadi kebangkrutan sejumlah institusi ekonomi yang tidak kuat secara finansial termasuk bangkrutnya sejumlah bank

“Selama 40 tahun belakangan ini, telah banyak krisis yang terjadi. Krisis kali ini adalah krisis terburuk setelah depresi yang dialami AS pada era tahun 1930-an. Tapi saya tidak mau membesar-besarkannya,” ujar Weisbrot.

Weisbrot mengatakan, pemerintah AS harus mengubah kebijakannya dan harus cerdas dalam menerapkan kebijakan keuangan itu. Karena jika krisis berlanjut menjadi resesi, yang akan menjadi korban adalah masyarakat awam yang terancam kehilangan rumah-rumah mereka, kehilangan hak-hak dan tabungan mereka.

Seorang pakar di Competitive Enterprise Institute John Berlau termasuk orang yang dengan tegas mengatakan, bahwa sistem kapitalis akan tetap eksis seberat papaun krisis yang dialami AS. Alasannya, sudah sejak lama AS tidak menerapkan sistem kapitalis murni.

“Sistem perbankan kita sudah diawasi dengan ketat, tapi kita sudah mengesampingkan aturan-aturan untuk bank-bank. Kita harus berani menghapus aturan-aturan itu sehingga bank-bank bisa berkompetisi dengan sehat,” kata Berlau.

“Saya pikir, sudah saatnya kita memodernisasi regulasi dan memperbaharui aturan-aturan perbankan,” sambungnya.

Pakar ekonomi lainnya James S. Henry yang juga penulis buku “The Blood Bankers” berpendapat yang terjadi bukan akhir dari sistem kapitalis tapi awal agar lebih berhati-hati dalam menerapkan regulasi di sektor keuangan dan perumahan. Tapi, kata Henry, tidak bisa dipungkiri bahwa krisis yang menimpa AS telah mengubah sifat dasar dari sistem kapitalis. Ironisnya, hal itu terjadi karena campur tangan pemerintah yang didominasi tokoh-tokoh yang ingin menerapkan pendekatan neo-liberal dalam sistem kapitalis.

Lebih lanjut Henry mengatakan, masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan akan terjadinya kebangkrutan ekonomi AS karena yang terjadi sekarang cuma stagnansi ekonomi. (ln/aljz; eramuslim 30/09/2008)


Taken From www.hizbut-tahrir.or.id

Label:

Selasa, 14 Oktober 2008

Pidato Abu Bakar


“ Pidato Abu Bakar R.A. Saat di angkat Menjadi Khalifah ”

” Saudara-saudara sekalian, walaupun saya bukan yang terbaik di antara saudara, namun saya telah diberi tanggung jawab untuk memimpin saudara sekalian. Saya akan anggap saudara orang- orang yang terlemah diantara saudara- saudara yang kuat sampai saya memajukan tuntutan atas hak-hak yang memang merupakan hak mereka. Dan orang-orang terkuat diantara saudara-saudara akan saya anggap lemah sampai saya ambil dari mereka apa-apa yang memang bukan hak mereka. Saudara-saudara sekalian, saya seorang pengikut nabi, bukan seorang pembaharu. Oleh karena itu kalau saya mengerjakan pekerjaan dengan baik, bantulah saya. Dan kalau saya menyimpang maka, luruskanlah saya. Dan lakukanlah perhitungan atas diri saudara sebelum saudara diperhitungkan orang. Tak seorangpun boleh meninggalkan jihad di jalan Allah, kecuali Allah akan timpakan kehinaan atas mereka. Dan jangan kerjakan kecabulan di kalangan saudara, nanti Allah akan menyebarkan bencana di kalangan mereka. Oleh karena itu patuhilah saya selama saya patuh kepada Allah. Tetapi kalau saya tidak patuh kepada Allah dan Nabi-Nya, saudara tidak berkewajiban mematuhi saya. Saya sebenarnya lebih senang kalau salah seorang dari saudara yang yang diberi tanggung jawab ini, sehingga saya terhindar dari tanggung jawab tersebut. Dan jika saudara mengharapkan saya untuk melakukan peran yang sama seperti nabi dalam hubungannya dengan (wahyu), saya tidak dapat mengerjakannya. Saya hanya seorang manusia biasa, jadi maafkanlah saya. ”

Label:

Sabtu, 27 September 2008

“ Berharap Ini Ramadhan Terakhir “


“ Berharap Ini Ramadhan Terakhir “

Bismillah

Luar biasa!, kata yang pertama terucap dengan hadirnya satu waktu dimana semua pahala dilipatgandakan (sepuluh, tujuh puluh, tujuh ratus), dimana ampunan dibuka seluas mungkin, dimana pintu itu (rayyan) dibuka. Alhamdulillah, Allahuma bariklana Romadhon.

Atmosfer itu begitu kuat memberikan efeknya, dimana suara-suara lantunan ayat-ayat cinta dari Allah diperdengarkan; dimana masjid, surau, mushola penuh sesak tak biasa; dimana suasana islami itu kini hadir di semua tempat. Benar, semua berlomba mencari pahala sebanyak mungkin. Semua tak mau ketinggalan dengan bulan mulia ini untuk berlomba mencari kebaikan. Televisi, radio dan media cetak tak mau ketinggalan meramaikan ramadhan ini dengan nuansa islami (walaupun dengan maksud tak mau ketinggalan berbagi profit).

Ya bulan suci ini bagaikan ejekan mutlak bagi para syaitan dan bagaikan sebuah hiburan bagi para pendamba syurga, pelipur dahaga keimanan. Bulan mulia bagi setiap insan yang dengan ikhlas melaksanakan setiap syariat Allah, dengan niat hanya untuk taat bukan untuk maslahat. Serta tambahan motivasi dari peristiwa Futtuh Makkah pada bulan yang sama 14 abad yang lalu, bukti perjuangan itu Allah menangkan untuk kaum Muslimin.

O ow,! suara hati itu datang lagi. Dia ingin teriak, tak mau diam. Gusar, bagai bola pejal dengan kelentingan sempurna bergerak kesana-kemari. Ya Allah ternyata ramadhan yang entah kesekian kali ini masih saja tak membuat semua orang merasakan islam itu kedalam logika mereka. Statement tadi bukanlah sebuah kesimpulan prematur, namun bagai sebuah fakta keseharian yang selalu ditemui.

Bukankah para wanita yang mengaku muslimah itu berpuasa juga, namun tetap dengan sombongnya menampakkan auratnya. Bukankah para pejabat itu berpuasa juga, namun dengan sombongnya mengambil kebijakan yang bertentangan dengan aturan Allah dan mengambil hak ummat untuk kepentingan kaum kuffar. Bukankah seorang presiden juga berpuasa, namun dengan congkaknya menjadi kacung negara bermodal besar a.k.a kapitalis laten. Bukankah manusia-manusia itu juga mengaku muslim, namun masih saja terlihat tak berpuasa bahkan parahnya mati konyol dengan tetap menenggak campuran obat serangga dan alkohol murahan hanya untuk sekedar menikmati malam (korban tewas 7 orang di Indramayu dan 16 nyaris tewas di Cirebon akibat minuman keras oplosan).

Rasanya tak cukup dengan mengelus dada semua kekecewaan itu dapat hilang melihat sebagian kaum muslimin sangat berbahagia dengan datangnya ramadhan dan sebagian lagi masih saja berkutat dengan lingkaran syetan dan kemaksiyatan. Rasanya tak cukup para ustadz tenar di televisi-televisi swasta bertausyiah di setiap kultum untuk menyadarkan ummat akan indahnya ber-Islam. Bagaikan sebuah akhir cerita sedih tak menarik. Hanya istigfar yang menjadi teman hampir setiap waktu.

Lagi-lagi teringat dengan sebuah ayat Al-Qur’an “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah...” TQS Ali-Imran:110. Sebuah predikat yang seharusnya menjadikan semua orang berfikir dan termotivasi untuk melaksanakannya. Tentu dengan syarat, yaitu menjadi muslim yang dimanapun dan kapanpun selalu melakukan aktivitas beramal ma’ruf dan ber-nahyi munkar (selalu menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari keburukan, red). Tentu saja dengan standar baik buruk bukan berdasarkan hanya nilai-nilai moralitas semata, namun yang maknanya lebih dari hanya nilai universal. Bukankah manusia diberikan potensi akal untuk berfikir dan beriman sesuai kaidah yang benar yaitu pencarian kebenaran hakiki yaitu suatu kebenaran yang memuaskan akal; tak terbantahkan dan sesuai dengan fitrah manusia.

Tentu manjadi sebuah dilema pada saat manusia tak mengerti arti dari sebuah penciptaan manusia, pantas makin banyak manusia yang tak mengerti bahkan tak mau mengerti bagaimana Islam menjadi sebuah solusi bagi setiap problem manusia, alam semesta dan kehidupan. Semua tak sulit hanya tinggal sedikit saja berfikir dan sedikit meresapi kekuasaan Allah Rabbul ‘Alamin,...” Dan nikmat manakah yang akan engkau dustakan”, Sebuah pertanyaan Retoris yang membuat malu semua anak Adam.

Tak Elak menjadi sebuah harapan ini “ Ramadhan Terakhir Tanpa ISLAM Sebagai Sebuah Sistem Yang Mengatur Segala Aspek Kehidupan”



Label:

Senin, 25 Agustus 2008

Unexpected moment

Bismillah
Assalamua'laikum.Wr.Wb.

Subhanallah sebuah momen yang diluar ekspektasi, saat kaum muslimin saat ini agak sulit untuk menundukan sedikit saja dari ego pribadinya, golongan ataupun pemahaman. Tapi dengan izin Allah semua itu bisa terwujud. 240808 menjadi waktu dimana semua para panutan ummat, yaitu para kyai dan ulama berkumpul dalam suatu even yang jarang bahkan sangat sulit ditemui. Dimana para ulama dan kyai dari berbagai ormas, golongan dan mahzab berkumpul dalam satu acara silaturahmi, dimana semua batasan perbedaan lenyap begitu saja. Tidak tampak aroma-aroma ta'asub dan ashobiyah. Semuanya berkonsentrasi dalam menyamakan gerak & pemahaman dalam isu-isu penting menyangkut islam dan kaum muslimin.

Penegakan syariah melalui bingkai daulah Khilafah Islamiyah menjadi isu utama untuk menyamakan persepsi para ulama dan umara' tentang perjuangan pengentasan segala masalah yang menjangkiti umat saat ini. Terlebih lagi ulama merupakan warasathul anbiya/pewaris ajaran nabi, dimana menjadi panutan dan contoh bagi ummat.

Semoga dengan adanya silaturahmi ini gerakan umat untuk kembali pada semua aturan Allah menjadi sebuah keniscayaan,...

Dari Silaturahmi Ulama Sumedang

Rabu, 06 Agustus 2008

Resah,. Muak Dengan Keadaan

Assalamua'laikum

Hah memang diawali dengan title yang provokatif, tapi ya itulah hanya sedikit ekpsresi dari kejumudan seorang manusia......

Lagi, lagi dan lagi merasa seperti ini. Bukan berarti sudah berani tidak mensyukuri segala nikmat yang di beri Allah, Allhamdulillagh Praised to Allah....

Ya tapi rasa muak ini terus-terus menyergap hati, kenapa....???(Bukah hanya perkataan retoris)...,,

BBM Naik, SPP Naik,..Pornografi, Eksploitasi Wanita, Kapitalisasi SDA....etc!!!! lagi lagi sebuah hipokrit dari para pengambil kebijakan,... bukan bermaksud kritis dan Un-real,.. tapi apa gak aneh....?

kita berharap tentang sebuah kebangkitan nasional,... tapi semua selalu saja berlawanan...

ingin menghasilkan generasi muda yang intelek dan berpendidikan tapi...biaya untuk masuk SD saja Selangit...


ingin menghasilkan generasi muda yang berakhlak dan bermoral tapi pornografi, pornoaksi, kekerasan dan kapitalisasi media bikin moral jongkok (even untuk sekedar, membuat UU pornografi dan Pornoaksi saja)

ingin sejahtera tapi aset negara di sana sini dijual ke investor asing....

Hipokrit,hipokrit dan Hipokrit

Ya Allah,

katanya penduduk muslim terbesar sedunia tapi malu kalo mengakui keislamannya,...
gak mau dibilang sekuler tapi faktanya memang sekuler....

don't be Suudzon dan hanya kritik, tapi sekedar pembangkit dan penyadar...Come on@!!!(*
Liat sekeliling........Bukankah sama saja, sebuah Nahyi Munkar....

BE real, If ur A muslim, So Just Pretend just Like muslim,.......
Don't Be Another Hypocrit.....

Ps : Just Wait n Bleed, if u not do anything just watch!!!sooner or later we're gonna be the winner...

Label: ,

Selasa, 22 Juli 2008

Reimplementasi Makna Politik

“ Reimplementasi Makna Politik”

Oleh : Yanuar Nurrachman Latief *

Berbicara tentang memahami definisi suatu makna, dapat dipahami dengan mengerti darimana sintesis sebuah makna itu berasal. Tergantung pada input fakta, proses sintesis dan output dari sebuah hasil pemikiran. Dan yang terpenting adalah bagaimana worldview atau paradigma seseorang dalam melihat (mempersepesi, mengerti dan menafsirkan ) suatu fakta menjadi suatu definisi, atau dalam kata lain adalah bagaimana seseorang mendasarkan cara pandang dan pemahaman akan hakikat keberadaan manusia, alam semesta dan kehidupan. Oleh karena itu akan salah apabila seorang menganut sebuah definisi yang berasal dari hasil pemikiran seseorang tanpa melihat latar belakang dan motif dari sebuah pembuatan suatu definisi atau bahkan sebuah pemahaman tertentu.

Begitu pun untuk memahami definisi dari politik, secara umum telah banyak sekali definisi tentang politik yang diberikan oleh para sarjana politik. Diantara pengertian-pengertian politik tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Menurut Asad (1954), politik adalah menghimpun kekuatan; meningkatkan kualitas dan kuantitas kekuatan; dan menggunakan kekuatan untuk mencapai tujuan kekuasaan dalam Negara dan institusi lainnya.
  2. Dalam pandangan Abdulgani, perjuangan politik bukan selalu ” de kunts het moglijke “ tapi sering kali malahan “ de kunts van onmoglijke “ ( politik adalah seni tentang mungkin dan tidak mungkin ). Sering pula politik diartikan “ machtsvorming en machtsaanwending “ (politik adalah pembentukan dan penggunaan kekuatan.
  3. Atau pengertian politik yang umum dipahami oleh para politikus yang berasal dari Locke, Montesquieu, Rossoeau, Marx, Lenin, Stalin dan lainnya sebagai sebuah alat untuk mempertahankan dan mencapai kekuasaan.

Beranjak dari beberapa definisi tentang politik, maka tidak salah bahwa makna yang dipahami tentang politik adalalah politik kekuasaan. Sejalan dengan fakta yang terjadi akhir-akhir ini, bahwa pencapaian suatu kebangkitan yang dipahami dari sudut sekularisme ( memisahkan agama dari kehidupan,red) menilai bahwa kebangkitan akan tercapai apabila kompetisi politik (dengan pemahaman politik yang sudah dipaparkan) terjadi dengan pesat. Ringkasnya, misalnya untuk pemilu 2009 saja jumlah partai politik yang ada berjumlah 34 partai dinilai sebagai indikasi suatu perbaikan taraf berfikir politis masyarakat Indonesia. Walaupun disisi lain banyak social cost yang tidak diperhatikan dalam prosesnya, mulai dari regulasi tentang verifikasi partai yang tidak jelas; money poltik; sampai fakta bahwa para wakil rakyat yang dipilih secara demokratis (katanya ) ternyata lebih banyak menghisap darah rakyat dengan banyaknya skandal korupsi di tataran pejabat dan institusi pemerintahan.

Fakta tersebut makin jelas bahwa, implementasi dari pemahaman politik yang dianut oleh para politikus merupakan bagaimana mengimplementasikan makna politik untuk mengerahkan segala daya dan upaya, baik secara fisik, opini dan materil untuk mencapai kekuasaan di negeri ini. Jadi tidak akan aneh pada saat ini politik dijadikan komoditas ekonomi yang dapat diatur sekehendak para pemilik modal terbesar, sesuai dengan mekanisme pasar.

Jadi menjadi sebuah keniscayaan untuk mereimplementasikan makna politik untuk dirombak secara keseluruhan. Politik dalam terminology bahasa arab dikenal dengan istilah siyasah dan dalam fiqih para ulama lebih dikenal dengan makna siyasah syar’iah. Dalam kamus al Muhith, siyasah berakar kata sasa-yasusu dalam kalimat “ sasa addawaba yasusuha siysatan” yang berarti “ qama ‘alaiha wa radlaha wa adabah ‘ yang bermakna mengurusinya, melatihnya dan mendidiknya. Dalam kitabnya, Mafahim Siyasah An Nabhani mendefinisikan politik sebagai pemeliharaan urusan umat baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Dimana pemeliharaan urusan umat di dalam negeri dilakukan dengan penerapan seluruh hukum dan aturan yang merupakan bagian dari aturan Islam. Sedangkan pemeliharaan urusan umat di luar negeri dilakukan dengan dkwah dan jihad. Masyarakat disini termasuk partai politik yang melakukan koreksi dan menasehati penguasa apabila lalai memegang tanggung jawab untuk mengurusi umat, sesuai dengan hadits Rasulullah dari riwayat Ahmad, ketika ditanya tentang perkara jihad apa yang paling utama, Beliau menjawab. “ Kalimat haq yang disampaikan pada penguasa durhaka” (H.R. Ahmad)

Atau dalam riwayat lain Rasul pernah bersabda bahwa Al-Imâm râ‘in wa huwa mas'ûlun ‘an ra‘iyatih (Imam/pemimpin adalah pengurus rakyat; dia bertanggung jawab atas rakyat yang diurusnya). Sangat jelas makna eksplisit bahwa pemimpin adalah pengurus rakyat yang berdosa apabila mendzalimi rakyatnya atau tidak amanah terhadap tanggung jawab dari kepemimpinannya.

Tidak aneh pada saat Rasul wafat, dan kekhalifahan dilanjutkan oleh para khalifah selanjutnya, sering merasa berat dengan amanahnya sebagai pemimpin umat. Hal ini diakibatkan bahwa para khalifah pengganti Rasul sangat paham dengan apa yang disebut kekuasaan yang terkandung dalam peringatan Rasulullah terhadap para penguasa :

Siapa saja yang diberi kekuasaan untuk mengurusi umatku, lalu ia tidak menasehati mereka (agar hidup sesuai aturan Allah Swt) maka ia tidak akan mencium harumnya bau syurga(H.R. Bukhari).

Juga peringatan Rasulullah yang lain “ Barang siapa yang diberi kekuasaan oleh Allah untuk memimpin rakyat lalu dia tidak memberikan perhatian penuh kepada rakyatnya ( mengabaikan urusan rakyatnya ) maka Allah haramkan ia masuk syurga (H.R. Bukhari).

Sungguh menjadi sebuah kontradiksi dimana saat ini politik dipahami dengan melakukan segala cara untuk mencapai kekuasaan, padahal islam memahamkan bahwa politik atau siyasah adalah sebuah hal yang mulia dimana pada saat penguasa amanah menerapkan aturan Allah dan menjaga tanggung jawabnya atas umat akan diberikan ganjaran berupa syurga dan apabila mendzalimi umatnya maka neraka adalah ganjarannya. Dan ini menunjukkan kemuliaan Islam dalam mengatur segala aspek kehidupan, dimana semuanya tidak luput dari syariat Islam yang berasal dari Sang Khalik Allah Rabbul a’lamin.


`*Mahasiswa S1 Jurusan Biologi FMIPA UNPAD, Ketua Komisi A DPA HIMBIO UNPAD, Kepala Deputi Kajian Dept Propaganda Masjid UNPAD, Aktivis Hizbut Tahrir Indonesia

Label: